CUMA orang yang tak punya perasaan barangkali yang kebal terhadap stres. Pada umumnya manusia pernah mengalami stres, entah yang ringan, stres yang sedang-sedang saja sampai stres berat.
MEREKA yang pernah putus cinta misalnya, tahu persis bagaimana rasanya stres meski sekian waktu kemudian rasa stres itu hilang.
Stres berbeda antara satu orang dengan orang lainnya. Pada contoh di atas misalnya, ada yang cuma mengalaminya seminggu, dua minggu saja, ada yang berkelanjutan sampai berbulan-bulan stresnya tak mau hilang.
Stres disebabkan oleh bermacam situasi. Akumulasi dari pertengkaran kecil yang sehari-hari terjadi bisa jadi lebih membuat stres lebih berat dibanding dengan stres akibat peristiwa kehidupan yang lebih besar. Jelasnya, stres merupakan bentuk interaksi antara Anda dan lingkungan Anda serta tergantung pada pandangan Anda mengenai hal-hal tertentu.
Efek stres
Kendati dalam banyak hal stres bisa reda atau hilang ditelan waktu, adakalanya stres yang berlanjut menggerogoti kesehatan fisik, mental, dan emosi.
"Umumnya keseimbangan mental bertahan, tetapi stres yang destruktif menyebabkan ketidakseimbangan yang membutuhkan tindakan penanggulangan. Akibat stres bisa menimpa fisik, psikologis, serta berhubungan dengan apa-apa yang Anda lakukan, sehingga bisa membuat Anda sulit mengambil keputusan dan bekerja efektif," kata ahli jiwa di Inggris sebagaimana dikutip dari salixed.co(?).
Respons tubuh terhadap stres menyiapkan kita untuk "melawan" atau "terbang". Namun cara hidup modern kita sekarang tak membiarkan kita melakukan keduanya. Jadi tubuh tetap dibiarkan dalam keadaan tegang dan dalam keadaan terjaga.
Manusia secara mengagumkan bisa beradaptasi, kendati demikian reaksi yang berlebihan atau tidak tepat terhadap stres bisa membawa pengaruh pada jantung, pernapasan, dan pencernaan, ketegangan urat, alergi, kecelakaan, serta gangguan mental. Di sisi lain, stres yang konstruktif dapat memberi efek yang baik terhadap kesehatan.
Susahnya, kapan kita tahu atau mengenali jenis stres yang destruktif?
Apalagi stres jenis ini bisa datang dari berbagai aspek kehidupan: pekerjaan, rumah, keluarga, juga aktivitas-aktivitas yang santai sekalipun.
Berbagai kombinasi berikut merupakan tanda-tanda dari kemungkinan terjadinya stres destruktif pada seseorang. Yang pertama adalah catatan fisik. Tangan atau kaki yang dingin, kerongkongan yang kering, detak jantung dan napas yang lebih cepat, mudah berkeringat, adalah sebagian dari tanda-tanda fisik terjadinya stres destruktif.
Tanda-tanda tersebut masih bisa diperpanjang, seperti merasa mau pingsan, sakit punggung, pusing, gemetar, suka menggigit kuku jari, serta otot yang menegang.
Lalu amati apa yang terjadi dengan mental Anda. Apakah sering merasa gelisah, takut, terlalu gembira, khawatir, mudah tersinggung atau merasa tertekan? Semua ini merupakan hal-hal yang menjurus kepada stres destruktif. Masih ada lagi yang harus diwaspadai, yakni perasaan bosan, apatis, bingung, dan pelupa.
Menurut para ahli, stres destruktif juga bisa dikenali melalui perubahan tingkah laku. Antara lain seseorang menjadi mudah marah, menarik diri, cenderung mengalami kecelakaan-kecelakaan kecil, melakukan banyak kesalahan. Lalu terjadi perubahan dalam hal konsentrasi, kebiasaan makan, tidur, dan keinginan berhubungan seksual. Penggunaan obat-obatan, alkohol, menjadi bagian yang biasanya mengarah kepada stres yang destruktif itu tadi.
Jangan biarkan
Beberapa jenis stres memang bisa hilang dengan sendirinya. Meski begitu banyak orang yang mengalami stres berkepanjangan, malah mengakibatkan masalah lanjut berupa depresi. Makanya sebaiknya di tengah suasana hati yang tidak enak itu, usahakan untuk mengatasinya dengan berbagai upaya.
Pikirkan hal-hal apa yang sekiranya bisa merupakan stres Anda. Membuat catatan harian misalnya, bisa jadi membantu mengurangi beban yang sedang Anda alami. Muntahkan perasaan kesal, kecewa, sedih, atau mungkin kebahagiaan, dalam catatan pribadi tersebut.
Masa lalu tidak mungkin bisa kembali. Dalam menyikapi stres ini, coba hargai masa sekarang dan masa yang akan datang dari pada terpaku memikirkan masa lalu. Tidak seorang pun yang sempurna, terimalah diri Anda apa adanya.
Berbagi persoalan membantu memecahkan ketidaksepahaman atau frustrasi. Dengar dan kembangkan kerjasama dengan orang lain. Itu lebih baik dari pada berkompetisi ketika stres sedang Anda alami.
Namun jangan selalu berada di bawah kendali orang lain. Bersikaplah asertif. Artinya, bertindaklah seperti yang Anda inginkan, yang menurut keyakinan Anda baik. Kembangkan keinginan yang lebih tinggi berdasar kemampuan untuk berhadapan dengan situasi tertentu. Ekspektasi yang rendah cenderung membawa kepada prestasi yang rendah pula. Penghargaan diri yang lebih baik seringkali merupakan hasil dari tanggung jawab pribadi yang lebih besar.
Lingkaran teman-teman sekitar Anda sangat besar peranannya membantu mengurangi beban. Mereka paling tidak memberi kesempatan Anda untuk berbicara dan berbagi.
Tertawa, menangis, dan bicara, membantu melepaskan tekanan yang sedang Anda alami. Jangan ragu atau malu terutama untuk menangis karena itu lebih baik dari pada memendamnya.
Buat mereka yang sedang stres, jangan larut sampai melupakan kebutuhan kesehatan. Malah dalam situasi demikian sebaiknya lebih menjaga gizi, istirahat, dan lebih giat melakukan olahraga. Pilih aktivitas olah raga yang Anda sukai. Renang, jalan cepat, dan bersepeda, merupakan jenis olah raga yang sangat dianjurkan buat mereka yang sedang terlanda stres.
Gunakan waktu secara positif untuk mencapai tujuan-tujuan hidup Anda. Upayakan rekreasi yang seimbang atau luangkan waktu untuk diri sendiri dan teman-teman, seimbangkan dengan kerja yang Anda lakukan.
Bayangkan seolah-olah Anda mempunyai dua baterei: satu untuk rumah dan satu lagi untuk pekerjaan. Pikirkan untuk mengganti baterei itu ketika Anda pulang dengan baterei untuk rumah. (ret)
---------------------
Strategi darurat
BERIKUT sejumlah strategi yang berhasil digunakan banyak orang untuk mengurangi stres. Beberapa strategi ini hendaknya digunakan dalam situasi-situasi yang tepat.
Katakan kepada diri Anda sendiri bahwa apa yang sedang Anda rasakan bukanlah krisis kehidupan. Yakinlah bahwa dalam waktu seminggu, sebuIan, atau setahun, situasi yang Anda rasakan akan menjadi memori.
Secara mental, keluarlah dari lingkaran. Tinggalkan persoalan dan orang-orang yang ada dalam lingkaran persoalan. Lihatlah dari jauh dan lihatlah partisipasi Anda di dalam secara keseluruhan.
Jika problem yang sedang Anda hadapi begitu mengkhawatirkan dan Anda tidak mampu bertindak segera, secara mental letakkan problem Anda dalam kotak atau ruangan. Tutup "daun pintu" dan tinggalkan.
Berjanjilah pada diri sendiri bahwa Anda akan kembali dan menyelesaikannya pada kesempatan pertama Anda bisa melakukannya.
Kalau situasinya demikian darurat, cobalah menenangkan diri dengan mengatakan, "tenang, tenang," berulang kali. Lalu pada saat yang bersamaan upayakan untuk meregangkan otot muka, bahu, dan leher.
Hitung sampai 10, lalu mundur dari 10 sampai hitungan satu.
Tarik napas dan katakan, "Damai di dalam." Kemudian buang napas dalam dan bilang, "Problem hilang." Dengan mempraktikkan hal ini mudah-mudahan bisa mengurangi tekanan yang Anda rasakan dalam tempo 20 detik. (ret)
Kompas
Minggu, 11/03/01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar