SANG KEKASIH -- Salah satu lukisan yang diyakini menggambarkan kekasih Rembrandt, Hendrickje Stoffels. Bulan Juli 1654 ia diadili oleh sidang gereja yang sangat keras di dalam moral, yang memutuskan ia bersalah telah hidup bersama dengan Rembrandt tanpa ikatan resmi.
PELUKIS dan modelnya selalu menyimpan cerita menarik. Bayangkan kisah hebat antara Raphael dan La Fornarina, Rubens dan Helene Fourment, atau Manet dan Nina Villard-- untuk menyebut beberapa nama tenar di dalam khasanah seni rupa Eropa. Khalayak seni Indonesia membayangkan kisah menarik tersebut di dalam kehidupan Basoeki Abdullah atau Dullah serta sejumlah besar nama lain.
PARA model ini memainkan bermacam peran di dalam hidup si seniman. Ada yang menjadi obyek nafsu birahi si seniman, tapi ada juga yang menjadi pendorongnya untuk merenung. Ada yang sesungguhnya sekaligus pelindung di dalam profesi pelukis. Ada pula ibu dari si artis --Rembrant atau empu seni Indonesia Affandi berkali-kali melukis ibu mereka.
Beberapa di antara model ini di dalam kehidupan sesungguhnya adalah kekasih dan istri. Dalam kasus Indonesia tercatat kisah memikat antara pelukis Le Mayeur dan Ni Polok atau pelukis Sudjojono dan penyanyi seriosa Rose Pandanwangi. Sebagian di antaranya adalah gundik, ada juga yang memang perempuan penggoda.
Sudah tentu yang sangat menarik adalah dugaan tentang hubungan yang lebih lekat, akrab, atau hangat, daripada cerita datar yang wajar. Apalagi kalau diketahui ada karya-karya lukis yang menampilkan modelnya dalam pose telanjang, yang dengan gampang menyulut gosip bahwa lakon yang mendebarkan telah terjadi di antara mereka. Dugaan itu terkadang berkembang menjadi sangat liar, dan bisa merupakan buah bibir pada masanya di kalangan tertentu.
Hal-hal semacam itulah yang terbayang ketika mengunjungi sebuah pameran karya-karya Rembrandt di Edinburgh, Inggris. Maklumlah, pameran yang berlangsung sepanjang Agustus sampai awal September 2001 ini khusus menampilkan karya-karyanya tentang perempuan.
Judulnya pun memikat, Rembrandt's Women atau Para Perempuan Rembrandt. Daya pikatnya memang tinggi sehingga antrean panjang selalu tampak dari hari ke hari di tempat pamerannya, National Gallery of Scotland, di arah jantung kota kawasan Skotlandia yang berpemandangan indah tersebut. Banyak di antara mereka bersedia menunggu di sana lebih setengah jam sebelum pintu dibuka.
Karya-karya di dalam pameran Rembrandt's Women ini berasal dari sedikitnya 40 museum, galeri, dan koleksi pribadi di seluruh Eropa maupun Amerika. Sebanyak 27 lukisan cat minyak, beserta 48 etsa, dan 44 gambar (drawing), dipajang dengan urutan begitu rupa untuk memudahkan pengunjung mengamati perkembangannya secara kronologis.
Ada sejumlah gambar yang menunjukkan tahap-tahap penelitiannya akan tubuh perempuan, terkadang penuh seperti misalnya Diana at her Bath (1630) untuk menyebut salah satu contoh. Tak jarang ia menampilkannya hanya sebagian seperti dalam A Study of a Woman's Leg (1628). Terkadang ia menampilkan sosok perempuan yang ditonjolkan khusus bagian belakangnya saja, seperti dalam A Study of Female Nude Seen from the Back (1630).
Gambar Diana yang dikerjakan Tahun 1630 itu, diyakini sebagai karya pertama yang menampilkan sosok perempuan telanjang secara utuh. Ini merupakan bagian dari studinya yang ia persiapkan dan kemudian menghasilkan karya etsa. Tahun 1631 ia memang mengerjakan tema tersebut dalam karya etsa dengan judul sama maupun dalam judul A Seated Female Nude.
Dalam kaitan perkembangan keseniannya, tentu juga studinya tentang anatomi, proporsi maupun kelenturan, terus ia lakukan. Demikian juga dengan penggarapan unsur cahaya dan bayangan yang menjadi salah satu cirinya yang paling kuat-- dalam dunia seni rupa ia memang dikenal sebagai empu perihal chiaroscuro tersebut.
Diana yang sepenuhnya telanjang di kamar mandi itu muncul di dalam seni gambar dengan goresan kapur hitam yang diguyur pewarnaan lewat sapuan warna coklat terang. Tampak dari samping kanan tubuhnya dengan kepala menengok ke arah si pelukis, dalam gambar yang berukuran 18,1 cm x 16,4 cm itu.
Dalam karya etsanya yang muncul satu tahun kemudian berukuran 17,8 cm x 15,9 cm, kepiawaian Rembrandt tampak di dalam goresannya yang sangat lembut ketika membuat kesan volume tubuh perempuan yang sama, juga dan terutama pada latarnya. Kelembutan garis yang membentuk berkas-berkas bidang bervolume itu sekaligus memberi kesan tangkapan cahaya. Hal serupa tampil di dalam A Seated Female Nude pada tahun yang sama, di dalam karya etsa berukuran 17,7 cm x 16 cm.
Tokoh Diana di kamar mandinya tersebut mungkin yang kemudian juga muncul di dalam karya cat minyaknya yang ia buat tahun 1636, Susanna. Dalam ukuran bidang gambar 47,2 cm x 38,6 cm sosok perempuan itu muncul lewat tekniknya yang sudah lebih lanjut dengan balutan cahaya lembut. Penampilannya kontras benar dengan latar gelap yang samar memunculkan bentuk taman dan batas bangunan di sekitar.
Rembrant tidak melepaskan tokoh ini, yang kemudian muncul lagi di dalam sebuah lukisan cat minyaknya, Susanna and the Elders (1647). Seperti di dalam karya-karyanya pada masa kematangannya ini, lukisan ini juga menunjukkan keahliannya di dalam pencahayaan sesudah rampung di dalam perkara-perkara rinci anatomi, lipatan kain, maupun pengenalan mendalam berbagai watak benda maupun unsur nyata lainnya.
SIAPAKAH mereka ini, yang berpose telanjang di depan Rembrandt Harmenszoon van Rijn, nama lengkap sang pelukis, untuk ia abadikan di alas kertas atau kanvas-kanvasnya? Para pelacur, seperti telah menjadi anggapan umum para peneliti seni terhadap dunia seni rupa Eropa abad 17?
Banyak yang yakin bahwa seorang kekasihnya, Hendrickje, memang melorotkan pakaiannya untuk diabadikan sang seniman ke atas kanvas, seperti misalnya untuk Bathsheba (1654). Model yang sama diyakini tampil untuk gambarnya berjudul Rembrandt's Studio with a Model (1654), yang memanfaatkan tinta kecoklatan dalam sapuan warna putih.
ISTRI -- Lukisan Rembrandt tahun 1633 yang diyakini menampilan istrinya Saskia van Uylenburgh. Pasangan ini dianugerahi empat anak, tiga diantaranya meninggal dunia di usia dini. Saskia meninggal ketika anak keempat baru berumur satu tahun, dan membuat seorang pengasuh anak, Geertje Dircks, masuk di dalam kehidupan asmara Rembrandt.
Tak ada satu pun peneliti, seperti diungkap oleh Julia Lloyd Williams di dalam katalog pengantar pameran ini, yang menyebut bahwa isterinya Saskia-lah yang menjadi model telanjang di dalam Diana at her Bath tersebut.
Di dalam tulisan-tulisan lepas seperti di koran-koran setempat yang menilik secara sekilas pameran ini, seorang dua pengulas yakin bahwa Rembrandt mengembangkan sikapnya sendiri terhadap modelnya.
Boleh jadi untuk menggambarkan Diana ia "meminjam" pengenalannya yang sangat rinci atas tubuh istrinya Saskia. Sebagai istri dalam perkawinan terhormat, tentu sulit membayangkan ia sengaja berpose telanjang untuk sebuah lukisan yang kelak dipandangi orang banyak.
Beberapa penulis menganggap ia ahli juga di dalam menghasilkan wajah baru rekaannya, hasil dari proses mematut-matut berbagai wajah perempuan yang pernah ia lukis. Kemungkinan seperti inilah yang dibayangkan oleh beberapa peneliti karya-karyanya.
Dengan kata lain, belum tentu tokoh yang hadir di dalam karya-karyanya adalah orang-orang yang nyata sebagai pribadi, tapi pasti mereka berasal dari paduan watak-watak yang ia kenal betul. Selain itu, pengalamannya sangat panjang di dalam memenuhi pesanan melukis potret-- banyak di antaranya perempuan, dan berasal dari kalangan berduit-- ikut memperkaya pengalaman tersebut.
Modalnya mengenal sejumlah besar wajah perempuan itulah tampaknya yang ia gunakan untuk menggambarkan sejumlah adegan dari cerita kitab suci. Untuk ini, ia antara lain dikecam karena dianggap tidak memanfaatkan kecantikan ideal bergaya Venus seperti dilakukan banyak seniman lain di dalam menggambarkan perkara-perkara yang berkait dengan dunia spiritual tersebut. Rembrandt, seperti kata Andries Pels, seorang penyair asal Belanda, justru cenderung memilih kesan buruk atau sosok perempuan petani.
SENIMAN besar kelahiran Leiden 15 Juni 1606, anak kelima dari bersaudara, ini belajar melukis formal selama tiga tahun pada Jacob van Swanenburgh di Leiden, kemudian sekitar enam bulan belajar pada Pieter Lastman di Amsterdam.
Seperti banyak artis lain, Rembrandt juga melukis ibunya, Neeltgen Willemsdr. Beberapa karyanya berupa gambar dan etsa tampil di dalam pameran itu, menyusul di sampingnya lukisan cat minyak dengan tokoh yang sama. Kerutan di wajah sang ibu-- bayangkan juga pencapaian seniman hebat kita Affandi di dalam perkara serupa-- muncul juga ketika ia melukiskan beberapa perempuan tua tahun-tahun kemudian.
Pameran dengan kurasi yang bersungguh-sungguh, lewat penelitian bertahun-tahun seperti ini-- dan organisasi serta dana mencukupi-- mungkin masih impian bagi Indonesia. Namun, semangat dan profesionalismenya mestinya bisa kita acu. (efix)
Kompas
Sabtu, 15/09/01
Tidak ada komentar:
Posting Komentar