Selasa, Mei 19, 2009
Hipnoterapi, apaan tuh?
Hipnoterapi, Mengarahkan Pikiran ke Arah Positif
KETIKA bicara tentang hipnotis, orang sering mengonotasikan hipnotis dengan kemampuan seseorang mempengaruhi orang lain sehingga dia mengikuti kehendak orang yang mempengaruhi tersebut. Kemampuan seperti itu seringkali digunakan untuk hal-hal yang negatif, katakan misalnya penipuan seperti pengalaman yang sering dituangkan dalam surat pembaca di media massa.
HIPNOTIS juga mengingatkan orang pada atraksi panggung yang biasanya mengiringi pertunjukan sulap. Kemampuan orang untuk menghipnotis lalu sering diartikan dengan segala sesuatu yang bersifat magis atau bermuatan paranormal.
"Pengertian seperti itu salah. Hipnotis itu merupakan keterampilan untuk melakukan komunikasi yang memanfaatkan alam bawah sadar seseorang," kata Purnawan E Andoko, seorang hipnoterapi. "Penggunaan kata-kata dan bahasa sangat penting dalam hipnotis karena kata-kata yang ambigu akan membuat pendengar menafsir menurut penafsiran sendiri."
Hipnoterapi adalah tetapi dengan sarana hipnotis yang mengandalkan kemampuan komunikasi bawah sadar. "Pada hipnotis kesadaran ditidurkan. Secara fisik ketika proses dilakukan, orang seperti kelihatan bengong," jelas hipnoterapis ini.
Proses ini bisa dilakukan lewat dua cara yang sangat berbeda, yakni dengan cara mengagetkan, bisa juga dengan cara merilekskan orang yang akan dipengaruhi.
Pada cara yang pertama biasanya dilakukan untuk tujuan-tujuan tertentu misalnya untuk menipu untuk mencuci otak (brain wash) atau buat keperluan-keperluan yang sifatnya ancaman. Sedang buat penyembuhan lebih efektif merilekskan pasien, bukan dengan mengejutkan. Pada cara yang demikian, waktu yang dibutuhkan untuk menghipnotis lebih lama karena harus didahului dengan pesona.
Ibarat pintu, hipnoterapis berusaha memasuki pikiran bawah sadar seseorang melalui pintunya, tetapi kemudian orang itu dibawa keluar lewat pintu si terapis. "Sementara pada praktik hipnotis umuk penipuan, peng hipnotis masuk melalui pintunya dan orang dibawa keluar lewat pintu yang sama."
Sadar dan tidak
Menurut Purnawan, pikiran manusia terbagi atas pikiran sadar dan pikiran tidak sadar. Ketika seseorang tengah menjaga gengsi, menjaga keyakinan, menjaga norma serta menjaga agar tidak kelepasan, saat itu dia dalam keadaan sadar.
Dalam keadaan seperti itu hipnotis sulit diharapkan untuk diterapkan. "Sebab, sumber ingatan itu ada di bawah sadar," demikian Purnawan. "Dalam keadaan bawah sadar (unconcious) orang lebih jujur, lebih terbuka mengungkapkan pikiran-pikirannya," tambahnya.
Pikiran bawah sadar sebenarnya justru lebih banyak dimiliki manusia. Para ahli seperti dikutip Pumawan, meyakini pikiran bawah sadar justru jauh lebih banyak menguasai pikiran manusia. Malah pikiran sadar hanya memenuhi sekitar dua persen saja dari pikiran manusia.
"Pikiran sadar hanya bisa memproses dalam waktu bersamaan maksimum sembilan tindakan. Itu pun kalau seseorang sedang dalam keadaan yang sangat baik, jika dia stres maksimal hanya bisa memproses lima hal sekaligus," jelas Purnawan kembali mengutip pendapat pakar hipnotis dari Barat.
Tentang pikiran sadar ini, dia memberi contoh orang belajar naik sepeda. Sebelum orang itu lancar, dia membagi konsentrasinya untuk menjaga keseimbangan supaya tidak jatuh, memegang stang agar bisa berjalan sesuai arah yang diinginkan, sekaligus konsentrasi kaki untuk menggenjot.
Ketika orang itu sudah lancar, dia tidak lagi perlu konsentrasi penuh umuk menjalankan sepeda. Segalanya berjalan seperti otomatis, malah tanpa harus berpikir pun, dia bisa sampai ke tempat yang dituju.
Tidak menghapus
Hipnotis tidak bisa menghapus ingatan orang, tetapi hipnotis bisa mempengaruhi pikiran
bawah sadar seseorang. Dengan kata lain, penyembuhan dengan hipnotis lebih dimaksudkan untuk menciptakan jembatan baru ke depan.
"Apa yang sudah terekam di otak, kan, tidak bisa disetip, jadi yang kami usahakan adalah memandang dari sudut yang lain," ucap Purnawan Andoko.
Hipnoterapis yang berpraktik di Jakarta ini mengatakan, hipnoterapis ini sebenamya hanyalah fasilitator yang mengarahkan pikiran seseorang kepada hal yang baru yang lebih sehat.
Contoh yang paling mudah adalah tentang fobia. Penyebabnya mungkin sangat tersembunyi, mungkin yang bersangkutan sendiri tidak mengetahui. "Dalam hal ini kami tidak perlu tahu apa sebabnya. Cuma hipnoterapis mencari gejalanya, kalau sudah ketemu lalu mencoba mengarahkan kepada hal-hal lain," jelas Purnawan.
Ketika dilakukan pengobatan, kesadaran disuruh "tidur" sehingga yang bersangkutan tidak mengetahui ketika sedang dilakukan penataan. Proses ini dikenal dengan induksi. "Ini berbeda dengan psikoterapi di mana pasien diajak untuk mengetahui apa yang menyebabkan sesuatu terjadi pada dirinya, melalui dialog atau tanya jawab," ucap Purnawan.
Pola pikir
Purnawan yang mulai berminat pada hipnotis sejak usia belasan mengatakan, yang bisa disembuhkan oleh hipnotis ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pola pikir. Bisa jadi hal-hal yang berkait tadi berakibat pada penyakit fisik.
Dari kasus-kasus yang sering ditangani, Purnawan melihat ada kecenderungan orang yang sedang dilanda masalah berpikir secara tidak rasional. "Ini terutama untuk kasus-kasus percintaan atau hubungan suami istri." katanya.
Ia mencontohkan, seorang istri yang mendapati suaminya berselingkuh dengan wanita lain begitu mengharapkan dirinya sakit supaya suaminya kasihan. Atau wanita tadi terus berusaha menunjukkan dirinya tidak bahagia. "Padahal suami yang sedang mabuk kepayang mikir pun tidak. Jadi kan dua kali rugi," ujar Purnawan.
Pemikiran serupa terjadi pada orang yang sakit hati, dendam. "Dengan sakitnya itu dia ingin dianggap sebagai korban atau dia ingin dikasihani. Hampir semua kasus seperti itu, orang mempunyai keyakinan yang tidak rasional," ucap pria berusia 50 tahun ini.
Dia menduga, hal ini ada kaitannya dengan masa kecil kita pada umumnya yang senantiasa mendapat lebih banyak perhatian ketika anak sedang sakit.
Jika masalah yang dialami baru menyerang perasaan -misalnya perasaan tidak bahagia atau sedih- dan belum sampai menyerang fisik, penyembuhannya menurut Purnawan bisa melalui light trance. Dalam keadaan demikian, pasien diajak berdialog yang kemudian menyebabkan terjadinya kontemplasi dalam dirinya.
Untuk kasus macam di atas, kata Purnawan, umumnya wanita lebih mudah diarahkan. "Soalnya wanita lebih fleksibel. Kalau strategi yang digunakan salah, dia lebih cepat bisa mengubah. Sedang pria punya kecenderungan ingin membuktikan," tambahnya.
Ketika proses light trance terjadi, yang diingatkan kepada pasien adalah hal-hal yang positif. Kenapa demikian, "Karena kalau yang negatif nanti terjadi blocking dan ini berarti percuma saja terapi itu." (ret)
Kompas, Minggu
29 Juli 2001
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Kpd pengasuh Hipnoterapi, trima kasih sebelumnya, setelah membaca paparan tentang hipnoterapi saya merasa tertarik untuk mencoba menyeleseikan masalah saya dengan media hipnoterapi tersebut, untuk itu saya mohon dapat diberikan alamat dari klinik HIPNOTERAPI tersebut, untuk balasannya mohon dikirimkan ke email saya: zabka99@yahoo.com
BalasHapusdari Fikar di Madiun, tanks.
mksh atas komennya, sesuai prmntn anda
BalasHapussy sdh krm tggpn ke email anda
sklg mksh!