Sabtu, Mei 09, 2009

CNC








Cat nitrocellulose merupakan salah satu cat yang banyak dipakai dalam finishing mebel. Aplikasinya yang relatif mudah menjadikannya pilihan pertama. Lapisan filmnya diperoleh dari penguapan pelarut tanpa ada reaksi kimia. Pengeringannya dapat berlangsung cepat, mudah dan tidak menghasilkan emisi gas racun. Jenis ini relatif tidak sensitif terhadap debu atau kondisi lingkungan. Lapisan film yang dihasilkan dengan mudah dilarutkan dengan pelarutnya. Sealer atau lacquer-nya dengan mudah dilapisi bahan yang sama diatasnya. Lapisan catnya dapat dilarutkan dan dicuci dengan mudah jika terjadi kesalahan proses produksi, atau proses finishingnya mengharuskan pengulangan.

Penampilan sangat bagus, apalagi jika proses finishingnya dilakukan dengan tepat. Lapisan filmnya akan nampak jernih, tipis dan alami. Warna yang dihasilkan seperti warna kayu sesungguhnya. Cat ini tidak mengeluarkan emisi gas beracun saat pengeringannya. Finishing ini disukai buyers asal Amerika atau Eropa. Pasar di sana untuk high end product menuntut finishing yang menonjolkan keindahan alami kayu. Itu cocok dengan cat jenis ini.

Kelemahannya adalah kekuatannya yang relatif rendah. Lapisan filmnya tidak tahan terhadap pelarut atau thinner, panas dan goresan. NC tidak cocok untuk produk yang menghendaki lapisan finishing berdaya tahan tinggi.

Cat ini sulit menghasilkan finishing dengan lapisan film yang tebal. Meski aplikasinya berulang kali, lapisan film yang dihasilkan akan turun dan menjadi tipis saat kering. Jika yang diinginkan adalah finishing dengan pori-pori tertutup (closed pores finished) pada kayu yang berpori-pori terbuka, pemakaian filler merupakan keharusan.

Cat ini dibuat dengan bahan utama resin nitrocellulose. Resin ini dibuat dari cellulose (serat tanaman) yang dimasak dan diproses (diasamkan) dengan asam nitrat dan asam sulfat. Dalam keadaan kering Nitrocellulose sangat berbahaya karena mudah meledak. Sehingga penyimpanannya dalam larutan atau berbentuk cair. Nitrocellulose kering bersifat keras dan mudah retak (brittle).

Untuk membentuk nitrocellulose lacquer ditambahkan plasticizer agar lebih plastis dan fleksibel. Plasticizer adalah bahan kimia yang susah kering seperti super retarder. Untuk kering dibutuhkan waktu tahunan. Plasticizer ada 2 jenis, yaitu solvent plasticizer dan non solvent plasticizer. Ada banyak bahan plasticizer yang cocok untuk nitrocellulose, seperti minyak tumbuhan atau monomer dan polimer ester.

Untuk menentukan karakter lapisan film yang dihasilkan ke dalam nitrocellulose lacquer ditambahkan hard resin. Yang dapat dicampurkan pada nitrocellulose seperti castor oil, coconut resin, damar, acrylic resin, dan vynil resin.

Campuran resin ditambahkan aditif, termasuk surfactant, buble breaker, dan flattening powder. Surfactant untuk mengurangi tegangan permukaan lacquer sehingga pengeringannya merata dan lebih halus. Buble breaker untuk membuat permukaan lebih lama basah agar udara yang terperangkap dalam lapisan film dapat hilang. Flatenning powder berfungsi mengurangi dan mengatur gloss dari lapisan film yang dihasilkan.

Ke dalam campuran resin nitrocellulose, hard resin, plasticizer, dan aditif ditambahkan campuran thinner untuk menghasilkan nitrocellulose lacquer yang siap digunakan.

Untuk membuat nitrocellulose sealer, ditambahkan bahan untuk membantu pengamplasan (sanding agent). Sanding agent yang biasa dipakai adalah zinc searate atau alumunium stearate. Bahan yang sama dipakai pada amplas untuk mengurangi timbulnya panas saat pengamplasan, sehingga mengurangi pelekatan bahan pada amplas.

Yang tidak disukai dari nitrocellulose adalah yellowing. Lapisan film yang dihasilkan terlihat kuning setelah jangka waktu tertentu, terutama jika terkena sinar ultra violet. Finishing dengan warna coklat atau tua, proses ini tidaklah mengganggu. Pada warna muda atau putih, ini mengganggu karena nampak jelas dan mengubah warna. Untuk mengatasinya dikembangkan sealer dan lacquer sejenis nitrocellulose yang tidak menguning (non yellowing). Ini terbuat dari resin cellulose acetate butyrate.

Resin ini merupakan cellulose yang diproses menggunakan asam butirat. Bahan yang dihasilkan lebih tahan terhadap sinar ultra violet dan tidak menguning. Untuk meningkatkan kemampuan, resin ini dicampur dengan acrylic sebagai hard resin. Karenanya ada yang menamakannya acrylic lacquer. Lapisan film yang dihasilkan merupakan hasil penguapan pelarutnya, dan dapat dilarutkan kembali dengan mudah. Harganya lebih mahal dari nitrocellulose, dan pemakaiannya lebih sulit sehingga hanya dipakai untuk cat yang non yellowing.

Pemakaian nitrocellulose atau cellulose acetate butyrate sering dikombinasikan dengan vynil. Vynil resin adalah sejenis plastik yang dipakai membuat pipa pastik (pvc) dan kain. Vynil sealer berdaya rekat (adhesi) lebih baik dibanding nitrocellulose atau cellulose acetate butyrate. Warna Vynil sealer tidak akan menguning dan cocok untuk cat jenis PU atau melamine. Kelemahannya adalah viskositas tinggi pada kandungan solid yang relatif rendah, sehingga sulit menghasilkan finishing dengan lapisan film tebal. Cat jenis ini butuh waktu pengeringan lebih lama dibanding nitrocellulose. Vynil sealer lebih sulit diamplas karena sifatnya yang lebih melekat, dan karena tidak bisa ditambahkan sanding agent ke dalamnya. Penambahan sedikit sanding agent menaikkan viskositasnya sehingga menyulitkan aplikasinya. Namun lapisan film yang terbentuk dari hasil penguapan pelarutnya mudah dilarutkan kembali dengan pelarutnya.

Woodmag, No. 17, Jul 2008
Magazine for Ekamant's Premier Customer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar