Sabtu, Mei 09, 2009

Illegal Logging dan Opsi Kebijakan






Michael Snow, Executive Director American Hardwood Export Council (AHEC) mengakui bahwa perdagangan kayu illegal berdarnpak pada kemerosotan harga jual material kayu sebesar 16%. Dampak negatif lainnya adalah kayu illegal juga rnempersulit pemasaran sekaligus membahayakan reputasi industri kayu yang legal.

Dalam konferensi pers yang digelar pada pertengahan Juni lalu di Hotel Sheraton Saigon, Vietnam, Snow melihat persoalan kayu illegal tidaklah semudah membedakan hitam dan putih dalam warna. Ia mengingatkan kasus Charles Taylor, penguasa asal Afrika yang membiayai peperangan dengan mengunakan hasil penebangan hutan. "Karena saat itu, ia penguasa Liberia maka tak ada tudingan soal kayu illegal terhadapnya," jelasnya.

Ia menduga jumlah kayu illegal tidaklah sebesar dugaan banyak pihak. Sebagian kayu yang dituding illegal itu memang ada yang benar-benar berasal dari illegal logging. Namun banyak juga yang berasal dari pembukaan lahan hutan untuk perkebunan dan peternakan berskala luas, seperti terjadi di Asia dan Amerika Latin.

Ia sendiri melihat opsi kebijakan yang diterapkan justru menghadapi persoalan yang tidak kalah rumit. Pemboikotan penebangan kayu. Opsi ini sulit dilakukan apalagi dalam jangka panjang. Hutan memiliki nilai ekonomis. Opsi ini berhasil bila ada "insentif perekonomian yang menarik untuk membiarkan hutan sebagai hutan," ungkapnya.

Sertifikasi, kebijakan procurement dan skema bangunan hijau merupakan solusi parsial. Sertifikas mengalami hambatan, misalnya, dari kepemilikan hutan kayu yang di Amerika sendiri didominas kepemiiikan pribadi. Sekitar 70% dari total hutan kayu di sana dimiliki pribadi, namun menyumbang sekitar 90% total produksi kayu di sana. "Sertifikasi akan lebih mudah jika hutan dikuasai oleh pemerintah," sambungnya. Lagi pula sulit untuk melacak balik, jika komponen produk furnitur menggunakan kayu yang berbeda asalnya.

Menurutnya, "there is no one size fits all solution" hingga kini. Itu sebabnya ia menganjurkan pendekatan risk based assessment. Sebuah pendekatan yang paling memungkinkan mengatasi kesenjangan yang terjadi. Pendekatan ini mencegah kerugian atas kontrol yang berlebihan pada pemasok yang mana memiliki resiko kecil atas praktek-praktek buruk. Sekaligus menjamin sumber daya dengan berfokus pada permasalahan setempat. Sekaligus merespon secara proporsional skala permasalahan.


Woodmag, No. 18, Sep 2008
Magazine for Ekamant's Premier Customer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar