Sabtu, Mei 09, 2009

Tunjang Majemuk Lebih Menguntungkan

Sistem perakaran pada tanaman jati mempunyai peranan yang teramat penting, di samping berfungsi sebagai menyerap makanan di dalarn tanah untuk pertumbuhan juga berfungsi menopang pertumbuhan jati untuk semakin kokoh tidak mudah roboh. Perbanyakan (propagasi) tanaman jati dari biji (generatif) akan menghasilkan perakaran tunggang. Perbanyakan secara vegetatif melalui kultur jaringan dan stek pada umumnya menghasilkan tanaman yang berakar serabut yang lateral dan dangkal. Perakaran serabut yang lateral dan dangkal kurang mampu mengikat bidang tanah yang lebih luas dan dalam, sehingga peranan dalarn mengikat air dan menahan erosi kurang optimal serta tanaman mudah roboh.


Dengan menggunakan tambahan bioteknologi, PT. Setyamitra berhasil mengembangkan jati secara vegetatif dengan stek pucuk yang menumbuhkan akar tunggang lebih dari 3 per pohonnya. "Untuk membedakannya kami menyebutnya sebagai akar Tunjang Majemuk," jelas Djati Santoso.

Saat awal pengembangan hanya 3-4 akar tunjang dalarn satu pohon. Kini, sekitar 8-12 akar tunjang dalarn satu pohon. Dalam setiap akar tunjang itu tumbuh pula akar serabut. Akar tunjang majemuk ini memiliki kelebihan. Tidak seperti pohon jati umumnya yang menggugurkan daunnya saat kemarau menyapa. Jati JUN tidak melakukan itu. Akar tunjang majemuknya mampu menangkap air dan nutrisi yang dibutuhkan selama kemarau berlangsung. Itu sebabnya, pertumbuhannya tidak terhenti selama kemarau berlangsung. Akar tunjang majemuk yang mampu untuk menahan lapisan tanah, sekaligus menangkap air, ini menyediakan harapan untuk membangun hutan jati sebagai kawasan tangkapan air untuk mengurangi ancaman erosi dan longsor pada musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.

Tanaman jati sistem perakaran tunjang majemuk inilah yang membedakan jati pengembangan Setyamitra dengan jati unggul lainnya dan diberi nama Jati Unggul Nusantara (JUN).

Bibit JUN dengan kinerja sistem perakaran tunjang majemuk akan menghasilkan tanaman jati yang cepat tumbuh, kokoh dan menghasilkan kayu jati yang berkualitas yang memberi manfaat ekonomi, manfaat lingkungan dan sosial. Tanaman JUN dapat ditebang/dipanen mulai umur 5 tahun. Dalam hal JUN dipanen pada umur 10 tahun atau 15 tahun dapat dilakukan penjarangan setiap 5 tahun sekali yang akan menghasilkan nilai yang makin besar karena volumenya dan sortimennya dari A1 ke A2 dan A3.


Woodmag, No. 18, Sep 2008
Magazine for Ekamant's Premier Customer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar