Rabu, Agustus 12, 2009

Jangan Ada Kekerasan di Antara Kita

Percayalah, tindakan kekerasan
bukanlah jalan untuk menyelesaikan masalah,
melainkan pintu menuju kehancuran

KASIHAN betul nasib Angie. Keputusannya untuk menerima pinangan Farhan dan menikah di saat karier modellingnya berada di puncak ternyata harus ia bayar dengan mahal. Farhan ternyata bukanlah sosok pria lembut seperti yang selama ini ia bayangkan, sedikit saja mereka berselisih paham, tangannya yang besar bisa dengan mudahnya mendarat di wajah kecil Angie. Pernyataan Farhan di awal bahwa ia akan mendukung sepenuhnya pekerjaan Angie juga bohong belaka. Sikapnya belakangan justru semakin jelas menunjukkan bahwa ia sebenarnya tidak rela membiarkan pasangannya menjadi sumber perhatian. Awalnya, ia hanya melarang Angie untuk tampil membintangi produk-produk tertentu dengan alasan yang tidak jelas. Bahkan kini, ia juga melarang Angie untuk tampil hadapan umum. Sampai-sampai, kebutuhannya untuk mempercantik diri semisal belanja alat make-up, apalagi ke salon pun sangat dibatasi. Angie betul-betul tersiksa tidak hanya fisik, tetapi mentalnya juga.

Banyak kerabat sebenarnya sudah menganjurkan supaya Angie meninggalkan suami ringan tangan tersebut. Namun, buat Angie, hal tersebut nampaknya tidaklah mudah. Setiap dia merasa tidak tahan dan ingin pergi, Farhan seakan menjadi pribadi lain yang mengharap welas asih, bahkan menangis seperti anak kecil agar Angie mengurungkan niatnya. Dan, celakanya, cara itu selalu ampuh menaklukan hati Angie yang lembut.

Banyak bentuk

Apa yang terjadi dengan Angie, pada prinsipnya sudah bisa dikatakan sebagai tindak kekerasan terhadap perempuan, yang menurut deklarasi PBB tahan 1994, adalah: "Kekerasan yang dilakukan atas dasar perbedaan jenis kelamin, yang mengakibatkan atau dapat mengakibatkan kerugian atau penderitaan terhadap perempuan, baik secara fisik, psikis, maupun seksual, termasuk ancaman perbuatan tersebut, paksaan, atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi dalam kehidupan yang bersifat publik maupun privat."

Khusus melihat pada arena privat atau domestik atau rumah tangga, kekerasan di sini adalah pelaku dan korbannya memiliki hubungan keluarga atau hubungan kedekatan lainnya. Termasuk di dalamnya penganiayaan terhadap istri, mantan istri, tunangan, anak kandung dan anak tiri, serta orangtua. Selain itu ada juga serangan seksual atau perkosaan oleh anggota keluarga. Pelaku antara lain mencakup suami, ayah, mertua, ipar, saudara dan lain-lain.


















Menurut psikolog Maharani Ardi Putri, MSi Psi, bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) bermacam-macam:

a. Fisik, meliputi: memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh korban, melukai dengan tangan kosong/senjata, serta membunuh.

b. Psikologis, meliputi: berteriak-teriak, menyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, melecehkan, memata-matai, serta tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut.

c. Seksual, yaitu meliputi semua tindakan yang mengarah ke ajakan/desakan seksual, misalnya memaksakan suatu tindakan seksual yang tidak dikehendaki korban, seperti memaksa korban menonton produk pornografi, memaksa berhubungan seks tanpa persetujuan korban baik dengan kekerasan fisik/tidak, memaksa melakukan aktivitas seksual yang tidak disukai korban.

d. Finansial, meliputi: mengambil uang korban, menahan/tidak memberikan kebutuhan finansial, mengendalikan dan sangat mengawasi pengeluaran uang dengan maksud untuk dapat mengendalikan tindakan korban.

e. Spiritual, meliputi: merendahkan keyakinan dan kepercayaan korban, memaksa korban meyakini hal-hal yang tidak diyakininya, serta memaksa korban melakukan aktivitas ritual tertentu.

Tidak imbang

Kebanyakan, menurut Maharani, kekerasan dalam rumah tangga memang jamak terjadi pada wanita dan anak-anak. Hal ini tidak lepas dari pandangan masyarakat yang masih menganggap bahwa wanita dan anak-anak sebagai subordinat. Tetapi ada juga korban laki-laki, namun biasanya lebih jarang terdengar karena pihak laki-laki jarang ada yang mau melaporkan atau minta bantuan konseling. Kekerasan yang terjadi pada laki-laki biasanya berbentuk kekerasan psikis dan fisik.

Jika dilihat dari penyebabnya, kata konsultan pada Yayasan Pulih sekaligus Dosen Psikologi Universitas Pancasila, Jakarta ini, secara singkat biasanya KDRT bisa terjadi karena adanya kedudukan yang tidak seimbang di antara pasangan, yaitu ketika salah satu pihak merasa superior dan merasa berhak mengendalikan hidup dari pasangannya.

Sebenarnya, kemungkinan ini sudah bisa terlihat jika kita mau memperhatikan karakter pasangan sebelum memutuskan menikah. Maharani menyebutkan, ada beberapa karakteristik yang harus diwaspadai:

1. Memiliki ketidakmampuan untuk mengontrol emosi. Hal ini bisa dilihat dari cerita pelaku pada saat menangani situasi tertentu di masa lalu (juga bisa didapat dari teman, sahabat/ bahkan mantan pasangannya). Kemudian bagaimana pelaku menangani masalah pada saat ini, apakah ia cepat marah akan hal-hal kecil, dan bagaimana cara melampiaskan kemarahannya, serta apakah ia memiliki sejarah kekerasan dalam keluarganya.

2. Ketidakmampuan membina hubungan baik. Hal ini bisa dilihat dari apakah pelaku akan menjauhkan pasangannya dari lingkungan teman atau keluarganya karena ada sesuatu hal yang ingin disembunyikannya.

3. Perilaku suka mengontrol. Bisa dilihat dari apakah pasangan pelaku dapat merasa nyaman berada di tempat umum dengan pelaku, tanpa kekhawatiran untuk dipermalukan dan sebagainya.

4. Kecanduan, baik kecanduan alkohol ataupun obat-obatan.

5. Tidak memiliki penghargaan terhadap orang lain.

Kita sebagai pelaku

Jika kita sebagai pelaku sudah menyadari bahwa yang kita lakukan selama ini merugikan Anda dan pasangan, sebaiknya Anda mengajak pasangan berkomunikasi terlebih dahulu/libatkan pasangan Anda, sehingga pasangan juga mengerti bahwa Anda menyadari masalah perilaku Anda dan memiliki kesediaan untuk berubah, sehingga ia juga akan memberikan dukungan kepada Anda untuk melakukan usaha-usaha penyembuhan. Cari bantuan dari profesional, baik itu konselor atau psikolog yang dapat membantu Anda untuk menyusun rencana atau program perubahan tingkah laku. Jauhi lingkungan yang dapat memberikan pengaruh negatif dan memicu perilaku kekerasan (misalnya jauhi pertemanan yang sering mabuk-mabukan, atau yang memiliki pandangan negatif tentang pria atau wanita, dan lain-lain).

Buat korban

Pada dasarnya Anda yang biasa menjadi korban juga harus mulai belajar menghargai diri sendiri. Perlu dibedakan antara sabar dengan tidak berdaya. Anda perlu menyadari bahwa KDRT memiliki suatu siklus, yaitu konflik, kekerasan, bulan madu, kemudian minta maaf.

Di awal hubungan biasanya berlangsung baik, pasangan saling perhatian atau setidaknya bersikap sopan. Kemudian mulai terjadi ketegangan sehingga memicu terjadinya kekerasan. Setelah kekerasan terjadi, ketegangan mulai menurun karena pasangan akan meminta maaf/berjanji tidak mengulangi perilakunya. Kemudian masuk fase bulan madu di mana semuanya akan kembali baik. Namun kemudian siklus ini kembali terulang dan semakin lama semakin cepat diulang dan semakin intens (misalnya kekerasan yang tadinya terjadi sekali setahun menjadi sekali sebulan, sekali seminggu, kemudian setiap hari).

Seringkali korban sulit keluar dari lingkaran KDRT antara lain karena masih mencintai dan memiliki harapan bahwa pelaku akan berubah, tetapi bisa juga karena ia tidak memiliki akses dengan pihak luar (pelaku memutus semua akses dengan pihak luar).

Jadi, Anda harus cepat menyadari ketika kekerasan sedang terjadi, segeralah cari bantuan dari teman, keluarga, maupun profesional. Cari informasi sebanyak-banyaknya tentang KDRT dan tempat-tempat di mana Anda bisa memperoleh bantuan, baik bantuan secara medis (misalnya untuk mengobati atau melakukan visum), bantuan psikologis dan bantuan hukum.

Jangan merasa bahwa KDRT adalah masalah keluarga yang harus disimpan sendiri, karena kekerasan yang terjadi akan semakin besar dan juga bisa semakin meluas (bisa saja kekerasan yang terjadi pada istri kemudian juga terjadi pada anak).

Apabila kekerasan terjadi pada tahap-tahap awal, Anda harus memperlihatkan pada pasangan bahwa perilaku tersebut tidak bisa diterima (misalnya ketika pasangan mencela, Anda langsung menegur) sehingga pasangan akan berpikir dua kali untuk melakukan kekerasan pada Anda.

Resep harmonis

Rasanya tidak satu pun pasangan suami istri yang mengharapkan adanya tindak kekerasan dalam rumah tangganya. Jika ternyata hal itu terjadi juga, mesti ada kesadaran dari kedua pihak untuk menyiasatinya agar tidak mengantarkan Anda berdua ke gerbang kehancuran. Berikut tip-tip yang disarankan oleh Maharani untuk mendapatkan keluarga harmonis dan jauh dari tindak kekerasan:


1. Pada saat kita marah, jengkel, dan sebagainya, cobalah kembali melihat tujuan awal dari Anda menikah.Tujuan yang tulus seperti ingin membangun keluarga yang bahagia, saling berbagi kehidupan, atau membesarkan anak, akan membantu kita untuk meredam rasa marah kita sehingga tidak berlebihan.

2. Tumbuhkan rasa saling menghargai, ajarkan bahwa kedudukan antara suami istri adalah setara sehingga tidak ada pihak yang sangat dominan ataupun yang menjadi subordinat.

3. Sadari bahwa pasangan kita adalah manusia biasa, yang berarti bisa berbuat salah, tidak selamanya dapat memenuhi harapan-harapan kita, dan memiliki keterbatasan. Sehingga kita dapat memandang mereka lebih manusiawi dan memaklumi kesalahan mereka. Dan ingat kita pun manusia biasa yang bisa mengecewakan dan membuat marah pasangan.

4. Peliharalah komunikasi yang terbuka dan efektif, sehingga masing-masing anggota keluarga dapat memahami perasaan, keinginan dan harapan dari anggota keluarga yang lain.

5. Pelihara juga komunikasi yang santun, sebisa mungkin hindari saling mencela (walaupun niatnya bercanda) karena bisa jadi hal itu menyinggung perasaan pasangan Anda.

6. Cintai dan syukuri keadaan keluarga kita apa adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan. Tidak perlu iri dengan keluarga orang lain apalagi ingin menjadi seperti keluarga orang lain.

Gejala Korban Kekerasan

Tak jarang seseorang enggan menceritakan kejadian kekerasan yang menimpa dirinya. Bisa karena malu atau takut pada pelaku. Karena itu ada baiknya kalau Anda mengetahui gejala-gejala seseorang yang bisa kita curigai telah mengalami korban kekerasan. Di antaranya adalah:
●►Merasa rendah diri, sedih, putus asa.
●►Cemas, penuh rasa takut
●►Terlihat lebih tua dari usianya
●►Sering merasa sakit kepala, nyeri perut dan nyeri yang tidak jelas penyebabnya.
●►Sulit tidur, suka kesemutan.
●►Bersikap agresif tanpa penyebab yang jelas.

Jika Anda membaca gejala-gejala ini pada seseorang, dekati dia dengan baik-baik, dan ajak bicara. Tapi jangan langsung menanyakan kecurigaan Anda. Biar dia sendiri yang mengungkapkan hal itu. Kalau sudah terungkap, segera laporkan kepada yang berwajib.

Lawan Kekerasan dengan Gross Motor Skill

Manusia, seperti juga hewan sebenarnya memiliki insting yang paling dasar yaitu melindungi diri apabila merasa terancam. Sayangnya, insting tersebut seringkali dilupakan hingga semuanya terlambat. Dalam banyak kasus, wanita terlalu takut untuk mempertahankan diri hingga hidup mereka tidak lagi memiliki arti, kehilangan rasa percaya diri dan kebebasan.

Takut, pada dasarnya memang merupakan hal yang wajar dan manusiawi. Tetapi, kita juga perlu menyadari bahwa di dalam diri setiap manusia itu terdapat gross motor skill yang harus ditingkatkan. Gross motor skill ini adalah semacam secondary nature, yaitu gerakan yang dilakukan secara tidak sadar, misalnya dalam keadaaan takut atau panik. Melalui latihan yang berulang-ulang, diharapkan meski dalam keadaan terdesak pun, Anda akan dapat melakukan serangan balik sekuat mungkin. Jadi bukan pasrah dan membiarkan semua musibah terjadi.

Mengontrol pikiran

Pelajaran terpenting yang perlu diketahui dalam ilmu pertahanan diri adalah bahwa diri Anda penting, bahwa diri Anda merupakan harta yang paling berharga yang Anda miliki. Oleh sebab itu, tidak ada yang berhak menyentuh Anda tanpa seizin Anda.Tidak ada pula yang berhak untuk menyakiti, mengintimidasi, atau mengancam Anda. Anda memiliki hak untuk melindungi diri dan orang-orang terdekat yang Anda cintai.

Kemudian pelajaran kedua adalah menyadari bahwa pikiran dan otak Anda adalah senjata paling berharga yang Anda miliki. Ketika bertahan, kita berpikir untuk mengontrol rasa panik dan takut. Lalu kita menggunakan otak untuk memahami situasi serta memilih tindakan yang sekiranya perlu. Kita juga menggunakan otak untuk mengambil keputusan. Seperti diketahui, pengambilan keputusan merupakan upaya paling penting dalam teknik mempertahankan diri.

Seumpama Anda tengah menghadapi situasi yang membahayakan keselamatan Anda, buang pikiran yang mengungkapkan "Apa yang akan dia lakukan terhadap diri saya?" tetapi yang seharusnya Anda pikirkan adalah "Apa yang akan saya lakukan terhadap orang ini?"

Flight bukan fight

Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa meski wanita sudah menguasai teknik mempertahankan diri, bukan berarti semua risiko akan hilang. Sehebat apapun orang, terlebih wanita, jika harus berhadapan dengan 10 orang, apalagi menggunakan senjata tajam atau api, sangat kecil kemungkinan bisa lolos. Jadi yang diperlukan di sini adalah strategi.

Salah satu strategi itu adalah berupaya untuk meminimalkan risiko. Karena, munculnya tindakan kekerasan terhadap wanita antara lain juga adalah karena luasnya anggapan bahwa wanita adalah makhluk lemah yang tidak bisa membela dirinya. Padahal, wanita juga memiliki tenaga, tentunya dengan porsinya sendiri yang dapat digunakan untuk membela diri sesuai dengan porsinya. Target utamanya adalah bagaimana mengendalikan situasi, dan segera melepaskan diri dari situasi yang membahayakan. Jadi sifatnya bukan fight (menyerang), melainkan flight (kabur).

Stop pemerkosaan!

Pemerkosaan merupakan kejadian terburuk yang bisa terjadi terhadap kaum wanita. Karena umumnya, wanita yang pernah diperkosa akan menganggap dirinya sudah tidak lagi berguna, masa depan sudah tidak lagi berarti karena hidup buat mereka sudah tidak ada artinya lagi. Berikut ini terdapat tip yang bisa dilakukan oleh para wanita ketika menghadapi tindakan pemerkosaan.

1. Pemerkosa umumnya memulai usahanya dengan mendorong tubuh korban hingga terjatuh ke lantai atau kasur, lalu ia akan menindih tubuh dan mengambil posisi di antara kedua kaki Anda.

2. Yang harus Anda lakukan adalah berusaha mencari benda apapun yang bisa dijangkau oleh tangan Anda entah itu batu, pulpen, botol, gunting, pisau, dan sebagainya lalu segera memukul pemerkosa dengan sekuat tenaga.

3. Jika Anda tidak dapat meraih benda apapun, segera letakkan kedua tangan Anda di atas tangan pemerkosa dan tahan kuat-kuat di dada Anda.

4. Tahan pegangan lalu letakkan kedua kaki di belakang kepala pemerkosa dan kunci kedua kaki.

5. Ketika tangannya dan kedua kaki Anda telah terkunci, segera angkat tubuh bagian tengah dan pinggul Anda ke atas dan menyamping untuk mengunci siku tangan. Upaya ini tentu akan membuatnya kesakitan, atau bahkan mematahkan tangannya.

6. Tahan posisi kaki yang mengunci lalu jatuhkan tubuh Anda ke samping. Tahan pula selalu kedua tangannya.

7. Tetap mengunci, sambil sesegera mungkin melakukan tendangan sekuat tenaga ke arah dagu atau wajahnya dengan menggunakan tumit Anda.

8. Segera setelah menendang, berdiri dan segeralah bergerak menjauh darinya untuk kemudian meminta pertolongan.

Catatan

Bertindaklah secepat mungkin dan menyerang kapan pun diperlukan sehingga Anda mendapatkan waktu yang leluasa untuk melarikan diri.

Jangan lekas mempercayai apapun yang dikatakan oleh pemerkosa, walaupun ia berjanji untuk melepaskan Anda setelah ia selesai memperkosa Anda. Karena mungkin ia akan membunuh Anda daripada tertangkap di kemudian hari.

Selalu menyerang balik menggunakan berbagai teknik serta benda apa pun yang bisa Anda raih.

Jika Anda ingin menggagalkan upaya pemerkosaan, jangan berpikir panjang, bertindaklah sekuat tenaga dan sekuat mungkin sebelum keadaan bertambah buruk.

Biasanya, pemerkosa memiliki ukuran tubuh yang lebih besar dan lebih kuat daripada Anda. Tetapi, mereka tidak terlatih untuk berkelahi. Selain itu, dia juga akan berpikir bahwa Anda tidak mungkin dapat melakukan perlawanan. Kondisi tersebut bisa Anda manfaatkan, yaitu memberikan kejutan melalui reaksi yang Anda bisa lakukan.

Upaya mempertahankan diri ini hanya bisa dilakukan oleh mereka yang sudah terlatih. Oleh karena itu, yang Anda perlu lakukan hanya sedikit latihan berulang-ulang, karena hasilnya akan sangat efektif ketika digunakan.

Healtylife
Edisi 07/VIII - Juli 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar