Tak sedikit orang yang tak akrab atau bahkan merasa asing dengan tubuhnya sendiri dengan mengira kalau tubuhnya sakit, itu berarti memang 'sudah waktunya' sakit. Padahal sebenarnya kita bisa menghindar dari penyakit yang lebih parah, asalkan paham dan waspada dengan gejala-gejala betapa pun kecilnya sebagai 'alarm' adanya suatu penyakit.
Setahun lalu ada seorang saudara saya yang mendadak meninggal di usianya 57 tahun, hanya beberapa saat setelah dia merasa seperti masuk angin. Saat 'dikerokin', dia tak sadarkan diri, dan meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.
Tak bisa dikatakan betapa mengejutkan kabar kematian tersebut. Gambaran tentang dirinya yang 'sehat wal afiat dan masih aktif' segera melintas di benak. Pertanyaan yang segera terlintas di benak dan terucap di mulut adalah "Kenapa? Apa dia punya sakit jantung? Apa sebelumnya tidak ada keluhan apa-apa?", yang sebetulnya lebih berisikan pernyataan rasa tak percaya.
Mungkin banyak cerita seperti itu. Betapa kematian mendadak terjadi hanya selang sesaat setelah seseorang merasa 'tak enak badan'. Seringkali yang dituding menjadi penyebabnya adalah serangan jantung ataupun stroke, yang seringkali memang 'terbukti'.
Yang kemudian dicecar dengan pertanyaan adalah keluarga terdekat almarhum, apa ada keluhan-keluhan sebelumnya. Dan biasanya memang ada, meskipun tampaknya sepele, seperti tiba-tiba belakangan merasa tidak enak badan selama beberapa hari, sesak napas, selalu merasa kedinginan, dan sebagainya. Ternyata, hal 'sepele' itu harus dibayar mahal dengan kematian (terlepas dari unsur takdir dari Tuhan Yang Maha Esa, tentunya).
Senang Mengobati Sendiri
Kebanyakan orang melemparkan tanggungjawab kesehatan diri sendiri maupun keluarga sepenuhnya pada dokter. Orang hanya datang ke dokter pada saat benar-benar sakit atau merasa ada gangguan/rasa tak nyaman di tubuhnya. Dan ironisnya, keadaan mungkin sudah benar-benar parah, sehingga terlambat ditangani akibat terlambat memeriksakan diri ke dokter. Jarang sekali yang buru-buru ke dokter begitu terasa ada rasa nyeri atau misalnya ada luka yang tak kunjung sembuh. Kebiasaan masyarakat kita yang lebih condong mengobati sendiri dengan 'obat-obat warung' begitu membudaya.
Meski sudah berganti-ganti macam dan merek obat tanpa ada kesembuhan, karena sang penyakit berulang kali muncul, tak juga ditindaklanjuti dengan pemeriksaan dokter. Terutama untuk penyakit 'berat'. Seolah-olah dokter hanya diperlukan saat terkena influenza dan batuk, karena memang penyakit tersebut secara langsung mengganggu aktivitas dan cepat menular.
Tak jarang seseorang dibawa ke dokter setelah panas tubuhnya tak juga turun setelah hari ke sekian atau keadaannya semakin memburuk. Keengganan keluarga untuk ke dokter atau rumah sakit bisa jadi karena menganggap kondisi demam atau panas tersebut hanya sesaat.Terlebih pada anak-anak balita yang cepat sekali demam, bahkan kalau mereka merasa 'terlalu gembira' atau saat-saat seperti mau tumbuh gigi atau tambah kepandaian, seperti anggapan umum.
Sebenarnya, demam adalah salah satu alarm tubuh yang perlu diwaspadai, bukannya dianggap sepele. Demam bisa merupakan gejala awal dari suatu penyakit atau radang/infeksi serius. Untuk tahu pasti kapan Anda perlu
membawa anggota keluarga ke dokter adalah dengan mengukur suhu tubuhnya. Biasakanlah hal baik tersebut. Syarat awalnya: miliki minimal sebuah termometer untuk mengukur suhu tubuh, terutama bila punya anak kecil.
Ada dua macam termometer yang bisa Anda pergunakan, yaitu yang melalui mulut dan anus. Anak-anak yang masih sangat kecil, termasuk bayi, lebih aman bila diukur melalui anusnya. Selain kedua cara tersebut, termometer juga bisa dipakai di ketiak. (Selanjutnya lihat boks "Menggunakan Termometer Tubuh").
Jika suhu tubuh hanya 37,8°C (diukur di mulut) atau 38,3°C (di anus) dengan disertai gejala ringan, seperti pilek, sedikit batuk, atau tenggorokan gatal, Anda masih bisa tidak buru-buru membawa si kecil ke dokter. Hanya saja, catat suhu tubuhnya tiap tiga jam sekali dan perhatikan apakah gejala-gejala yang ada bertambah parah. Jika suhu meningkat dan kondisi bertambah parah, jangan ragu-ragu untuk membawanya ke dokter.
Namun, bagi orang-orang yang diketahui telah menderita penyakit kronis, seperti penyakit jantung rematik, asma, radang ginjal, diabetes, atau anemia, sesegera mungkin ke dokter pada saat mulai merasakan demam atau merasakan tubuhnya dingin, sekalipun tampaknya ringan atau sepele.
Begitu pun, bila demam terjadi disertai dengan menggigil hebat dan muka memerah, segera bawa penderita ke dokter. Leher yang terasa kaku, meski suhu tubuh hanya naik sedikit, bisa saja merupakan gejala pertama dari polio atau meningitis (radang selaput otak). Demam setelah ada bagian tubuh yang teriris atau terluka bisa saja diakibatkan adanya racun dalam darah (septikemia). Demam yang disertai rasa mual dan nyeri pada bagian perut, terutama di bagian bawah sebelah kanan, mungkin saja gejala penyakit usus buntu (apendiks). Penyakit tersebut jangan dianggap sepele, karena berkembang sangat cepat. Jika ketahuan sejak awal, apendiks dapat ditangani dengan balk. Jangan gunakan obat pencahar karena sangat berbahaya.
Biasanya langkah yang dianjurkan adalah dengan memotong apendiks tersebut melalui operasi.
Hanya Satu Kali!
Alarm berikut yang jangan diabaikan adalah timbulnya rasa nyeri. Ingat, tidak semua penyakit didahului dengan demam, namun hampir semua penyakit berbahaya menimbulkan rasa nyeri atau sakit. Batu ginjal atau batu empedu akan menimbulkan nyeri luar biasa bila batu tersebut sedang mencari jalan untuk keluar melalui saluran yang halus. Penyakit paru tertentu akan disertai dengan radang selaput paru yang terasa nyeri bila penderita menarik napas dalam. Penyakit jantung bisa disertai dengan nyeri menusuk di dada, terutama di bawah tulang dada. Serangan jantung biasanya juga disertai dengan tubuh yang tiba-tiba melemas, banjir keringat, pucat pasi, dan napas pendek.
Tak jarang kita mengalami serangan sakit kepala atau timbul rasa nyeri tiba-tiba yang tak perlu dicurigai. Namun, bila Anda tiba-tiba merasakan nyeri di dada atau perut, segera periksa ke dokter! Jangan coba-coba untuk mengatasinya sendiri agar tidak terjadi suatu hal yang dapat memperburuk keadaan.
Berat badan menurun drastis adalah alarm penyakit yang patut diwaspadai, seperti gejala penyakit diabetes, Selain rasa haus yang amat sangat. Pahamilah, siapa pun yang mengalami penurunan berat badan drastis padahal sedang tidak berpantang makan atau tidak sedang kehilangan nafsu makan, menandakan orang itu sakit. Makanan yang dimakannya tidak bisa dimanfaatkan tubuhnya dengan baik, atau makanan dibakar terlalu cepat. Biasanya dokter menduga orang itu menderita diabetes atau akibat kelenjar tiroid yang terlalu aktif.
Alarm penting lainnya adalah pernapasan pendek. Mungkin Anda tiba-tiba merasa terengah-engah menaiki tangga, padahal sebelumnya tidak begitu. Bisa jadi itu merupakan petunjuk Anda mengalami kegemukan. Namun, juga bisa jadi sebagai alarm Anda mulai mengalami masalah dengan jantung, anemia, atau penyakit-penyakit serius lain.
Waspada, bila tiba-tiba Anda mengalami perdarahan yang tak diketahui penyebabnya. Perdarahan merupakan gejala alami adanya suatu masalah dalam tubuh (kadang tidak persis menyerupai darah). Adanya penyakit di usus besar, misalnya, akan mengeluarkan darah berwarna hitam pekat akibat perdarahan dari perut atau usus bagian atas. Kadang-kadang darah juga menyebabkan urine berwarna agak merah muda hingga cokelat tua. Bila terdapat darah dalam feses atau urine Anda, segera laporkan pada dokter. Begitu pun bila terjadi batuk darah atau muntah darah, segera ke dokter. Jangan menunggu untuk kedua kalinya. Seringkali alarm tubuh hanya terjadi satu kali!
Semakin dini Anda memeriksakan diri ke dokter, semakin mudah penyakit Anda diobati. Kanker, misalnya, bukan hanya penyakit menakutkan, namun juga penyakit yang dapat menyebabkan perdarahan tiba-tiba. Begitu pun pada luka di perut, wasir, dan penyakit lain. Kaum wanita juga harus waspada bila terjadi perdarahan di luar waktu haid, karena itu bisa merupakan polip yang tak berbahaya ataupun kanker stadium dini yang masih bisa diobati.
Selain 5 (lima) alarm penyakit di atas, masih ada beberapa alarm lagi. Batuk yang terjadi beberapa minggu lamanya, kulit kekuningan maupun pada bagian putih mata juga merupakan alarm berbahaya. Urine yang tiba-tiba banyak jumlahnya atau frekuensinya, atau berubah warnanya, mungkin petunjuk masalah pada ginjal atau kandung kemih, selain rasa lelah atau lemah.
Gejala-gejala dari kanker adalah suara yang tiba-tiba parau tanpa sebab dan menetap, luka-luka yang tidak bisa sembuh, tahi lalat yang berubah ukuran dan bentuk, tidak bisa mencerna dalam waktu lama yang berakibat diare atau konstipasi, perdarahan, atau ada suatu gumpalan. Kaum wanita harus lebih mewaspadai adanya gumpalan di payudara sebagai kemungkinan tumor atau kanker payudara.
Jika Anda tiba-tiba merasa sakit kepala yang amat sangat dan menetap, bisa saja kemungkinan terjadi tumor otak. Melihat seperti pelangi di sekeliling sinar lampu mungkin saja pertanda terjadi glaukoma (gangguan pada mata). Kejang di betis kadang-kadang merupakan gejala awal dari diabetes, terutama bagi orang yang berisiko tinggi (ada keturunan dari orang tua, ada gangguan tiroid, wanita berusia di atas 40 tahun dan mengalami kegemukan, melahirkan bayi di atas 4.500 gram, atau mengalami keguguran berulang).
Setelah Anda mengetahui dan memahami pentingnya memperhatikan alarm di tubuh Anda dan kapan harus sesegera mungkin ke dokter, mudah-mudahan tidak terjadi suatu keadaan darurat yang tidak bisa tertangani dengan baik. Dan tentunya, Anda tidak perlu merasa bersalah, atau dipersalahkan, bila tetap terjadi suatu kematian, karena kematian adalah rahasia Tuhan.
Menggunakan Termometer Tubuh
Suhu tubuh bisa diukur melalui mulut, anus (biasanya untuk bayi atau anak-anak sebelum usia enam tahun), atau ketiak. Bila pengukuran dilakukan di anus, biasanya suhu setengah derajat lebih tinggi dibandingkan bila pengukuran dilakukan di mulut. Sedangkan pengukuran suhu melalui ketiak lebih rendah.
Sebelum digunakan, guncangkan termometer lebih dulu untuk menurunkan tinggi air raksa (merkuri) di dalamnya hingga mendekati sekitar 36°C (pegang di sebelah pangkalnya, bukan di ujung berwarna perak). Bila hendak digunakan di anus, lumuri lebih dulu dengan krim agar licin dan tidak menimbulkan rasa sakit. Diamkan sekitar dua menit (atau satu menit bila bayi tidak bisa tenang).
Bila digunakan di ketiak, letakkan bagian berwarna perak di bagian terdalam ketiak, lalu tekan ketiak kuat-kuat ke arah dada, diamkan selama lima menit. Bila Anda mengukur suhu lewat mulut, pastikan si kecil tidak habis minum atau makan sesuatu yang panas atau dingin. Diamkan pula selama lima menit, kecuali bila Anda menggunakan termometer jenis baru yang hanya perlu waktu satu menit untuk mengukur. Ulangi pengukuran tiap beberapa jam bila penderita masih merasa lelah, mual, muntah, sakit kepala, atau kehilangan nafsu makan. Suhu normal melalui pengukuran mulut sekitar 37°C dan melalui anus adalah sekitar 37,5°C.
Beritahukan hasil pengukuran pada dokter, termasuk melalui bagian mana Anda mengukurnya (apakah melalui mulut, anus, atau ketiak). Sesudah digunakan, jangan mencuci termometer dengan air panas yang dapat menyebabkan pecah, cukup gunakan sabun dan air dingin, atau alkohol.
Healtylife
Edisi 07/VIII - Juli 2009
Tidak ada komentar:
Posting Komentar